Sabtu, 30 Maret 2013



TUGAS UAS SEMESTER II PPD
(Perkembangan Peserta Didik)
Dosen :  Zikri Neni Iska
Nama                             : Taufiq Nur Azis
NIM                     : 801011000527
Jurusan                 : FITK/ PAI
Kelas                    : 6.13 (B)
Mata Kuliah         : PPD

1.      Kenapa ilmu bimbingan dan konseling dipelajari dalam mata kuliah PPD ?
Jawabannya :
“Karena dalam menghadapi peserta didik di era globalisasi seperti ini ilmu bimbingan dan konseling sangat di perlukan dan harus dikaji lebih dalam. Sehingga dibangku perkuliahan ini mata kuliah PPD ( Perkembangan Peserta Didik) dipelajari secara spesifik walaupun dalam kenyataanya (dilapangan) hanya sekedar teori belaka. Namun bukti atau realita dalam lapangan belum begitu sempurna penerapannya.
Ilmu bimbingan dan konseling dipelajari dalam mata kulaih PPD karena lebih mengacu kepeda orientasi para pembimbing (guru) untuk meningkatkan pola pengembangan diri peserta didik untuk mencapai keberhasilan dalam proses belajar mengajar, tetapi pembimbing merupakan bagian terpenting dalam proses pembentukan kepribadian pada diri peserta didik didalam suatu lembaga pendidikan. Pembimbing (guru) tidak sebatas memberikan nilai dalam bentuk angka (kuantitatif), tetapi pembimbing bertanggung jawab sepenuhnya dalam hal pendidikan nilai-nilai dan ektrakuriler.
Jadi, guru tidak hanya sebatas mentransfer  ilmu pengetahuan, memberikan nilai saja, tetapi guru bertanggung jawab membentuk peserta didiknya. Oleh karena itulah, pentingnya mempelajari strategi dengan implementasi program bimbingan konseling oleh guru (pembimbing)”.
Dalam ilmu bimbingan dan konseling itu terdiri banyak program dengan strategi pengemplementasiannya secara terperinci yang harus kita ketahui sebagai pembimbing diantaranya : Pelayanan-pelayanan yang harus di berikan oleh pembimbing dalam mengembangkan skill pada diri peserta didik, maupun pemecahan masalah-masalah yang terkait dengan mata pelejaran oleh seorang pembimbing (guru).






2.      Permasalahan Peserta Didik di Sekolah....
Judul masalah :
“Problem Stres Sekolah dalam Perkembangan Peserta Didik”
Sekolah mempunyai arti yang sangat penting dalam proses pembentukkan peserta didik. Sekolah dipandang dapat memenuhi beberapa kebutuhan peserta didik dan menentukan kualitas kehidupan mereka di masa depan. Tetapi pada saat yang sama, sekolah ternyata sekolah juga sumber munculnya suatu masalah, yang pada gilirannya memicu terjadinya stres di kalangan peserta didik.
Menurut Fimian dan Cross (1987), sekolah, di samping keluarga, merupakan sumber stres yang utama bagi anal. Hal ini mungkin bisa di mengerti, sebab anak lebih banyak menghabiskan waktunya di sekolah. Di sekolah anak merupakan anggota dari suatu masyarakat kecil di mana seorang anak mendapatkan tugas-tugas yang harus di selesaikan. Sehingga tidak jarang seorang anak mengalami perasaan stres dalam diri mereka.
Penelitian yang kami lakukan di sekolah sewaktu anak mau menghadapi Ujian Akhir Nasional, kami menemukan  adanya fenomena stres dalam menghadapi Ujian yang di alami siswa-siswi di sekolahan kami. Sekitar 88,20%  merasa terbebani, 10,70% Pesimis (kurang yakin dengan kemampuan dirinya), 1,10 Optimis (yakin dan mampu). Sekilas dari gambaran tersebut bahwasanya fenomena tingkat stres para siswa sangatlah memprihatinkan dengan kondisi seperti ini. Kita sebagai pembimbing harus bisa memberikan motivasi (dorongan) agar para siswa tetap semangat dan Optimis dengan kata lain, “selama ada kemauan, pasti ada jalan”. Sehingga sebagai seorang pembimbingan harus bisa merubah mindset pemikiran mereka yang kolot dengan melakukan pembaharuan sistem dalam memberikan pemahaman pada siswa didik.
Fenomena stres sekolah yang dirasakan oleh para siswa ini telah banyak di sadari dan menjadi wilayah perhatian yang luas oleh para kalangan ilmuwan, penelti, pendidik dan pengambilan kebijaksanaan (pemerintah) di berbagai negara.
Dalam pembahasan stres ini terdiri atas 3 (tiga) komponen stres, yaitu stresor, proses (interaksi), dan respon stres.Stresor adalah situasi atau stimulus yang akan mengancam kesejahteraan individu. Respon stres adalah reaksi yang muncul, sedangkan proses stres merupakan mekanisme interaktif yang dimulai dari datangnya stresor sampai munculnya respon stres (Helmi, 2000).
Dalam hal ini dapat digambarkan bahwa kemampuan siswa-siswi di sekolah berbeda-beda. Sehingga dengan adanya penekanan yang dilakukan oleh pembimbing (guru) bisa menyebabkan fenomena stres pada peserta didik kita.
Para ahli psikologi mendefinisikan stres salam berbagai bentuk. Definisi kontemporer menyebutkan bahwa stres sari lingkungan eksternal sebagai stresor (misalnya masalah pekerjaan), respon terhadap stresor sebagai stres atau distres (misalnya perasaan terhadap tekanan). Para peneliti juga membedakan antara stres yang merugikan dan merusak yang disebut Distres, dan stres yang positif dan menguntungkan, yang disebut eustres.
Menurut Selye (Sarafino, 1998) menyebutkan satu jenis yang sangat berbahaya dan merugikan disebut dengan Distres. Dampak Negatif dapat menimbulkan stres bagi individu baik gejala psikis maupun fisik. Dengan  reaksi bagi individu dapat di golongkan menjadi beberapa gejala (Rice, 1992) yaitu sebagai berikut.
a.       Gejala Fisologis
b.      Gejala Emosional
c.       Gejala Kognitif
d.      Gejala Interpersonal
e.      Gejala Organisasional
Gejala inilah yang mempengaruhi seorang anak didik dalam belajar. Contohnya menurunya semangat produktivitas belajar anak dalam meraih prestasi di sekolah
Kita sebagai pembimbing harus mampu mengatasi masalah anak didik dengan sekecil mungkin. Cara mengatasi dan stres dan tekanan emosi negatif adalah dengan cara kita memberikan pemahaman kepada anak didik supaya teratasi gejala-gejala stres dengan tahapan-tahapan tanpa memberikan penekanan yang serius pada anak didik kita.
Sebagaimana telah dijelaskan di atas bahwa stres siswa bersumber dari berbagai tuntutan sekolah. Sekolah merupakan organisasi sosial yang komplek, sekolah juga memiliki norma, nilai, aturan, yang harus di penuhi oleh para anggotanya termasuk anak didik (sergiovanni dan starrat, 1993; Arend 1998). Sistem norma, aturan, nilai dan tuntutan sekolah tersebut mempunyai dampak yang besar terhadap penyesuaian akademik dan sosial anak didik  (Brand, dkk., 2003). Sehingga menimbulkan ketidakmampuan siswa dalam menyesuaikan diri dengan berbagai tuntutan sekolah tersebut akan memicu terjadi stres (Kiselica, dkk.,1994)
Dengan demikian dapat kita ketahui bahwa stres itu dapat di alami oleh seorang siswa bersumber dari berbagai tuntutan sekolah (school demands). Desmita (2005) mengidentifikasikan ada empat (4) tuntuan sekolah yang menjadi sumber stres bagi siswa yaitu :
·         Physical demands
·         Task demands
·         Role demands
·         Interpersonal demands
Untuk mengatasi hal tersebut maka yang harus di lakukan seorang guru (pembimbing) yakni dengan melaksanakan pelatihan inokulasi stres (stres inoculation traianing) dalam program terapi dan bimbingan konseling.
1).Dra. Desmita, M.Si. Psikologi perkembangan peserta didik, hlm.288-290.
2). Triantoro Safaria, Nofran Eka Saputra. Manajemen Emosi, PT. Bumi Aksara, hlm.26-29
3). Triantoro Safaria, Nofran Eka Saputra. Manajemen Emosi, PT. Bumi Aksara, hlm.30-31
4). Dra. Desmita, M.Si. Psikologi perkembangan peserta didik, hlm.292
5). Dra. Desmita, M.Si. Psikologi perkembangan peserta didik, hlm. 302













0 komentar:

Posting Komentar

Popular Posts

Recent Posts

Text Widget