Sabtu, 30 Maret 2013



MAKALAH FILSAFAT

Judul :
Filsafat Parepatetik dan Iluminasi
Disusun oleh :
Taufiq Nur Azis



PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULAH
JAKARTA
2011

DAFTAR ISI ……………………………………………………………………………..

BAB I
PENDAHULUAN ………………………………………………………………………

BAB II
·         Aliran-Aliran Filsafat Dalam Islam
a)      Parepatetik
b)      Iluminasi
BAB II PENUTUP ………………………………………………………………………
A.    Kesimpulan ………………………………………………………………………..
B.     Saran dan kritik …………………………………………………………………....
DAFTAR PUSTAKA











BABI
PENDAHULUAN

       Dalam sejarah pemikiran Islam, filsafat digunakan dalam berbagai kepentingan. Para teolog rasional (mtakallimûn) menggunakan filsafat untuk membela iman khususnya dari para cendekiawan Yahudi dan Kristiani, yang saat itu sudah lebih maju secara intelektual. Sedangkan para filosof mencoba membuktikan bahwa kesimpulan-kesimpul an filsafat yang diambil dari gagasan filsafat Yunani tidak bertentangan dengan iman.[2] Para filosof berusaha memadukan ketegangan antara dasar-dasar keagamaan Islam (Syari’ah) dengan filsafat, atau antara akal dengan wahyu. Sebagaimana tertera pada berbagai literatur bahwa filsafat yang berkembang dalam dunia Islam merupakan warisan dari filsafat Yunani.

       Para filosof Muslim banyak mengambil pemikiran Aristoteles, Plato, maupun Plotinus, sehingga banyak teori-teori filosof Yunani diambil oleh filosof Muslim. Pengaruh filsafat Yunani inilah yang menjadi pangkal kontrafersi sekitar masalah filsafat dalam Islam. Sejauh mana Islam mengizinkan masukan dari luar, khususnya jika datang dari kalangan yang bukan saja Ahl al-kitab seperti Yahudi dan Kristen, tetapi juga dari orang-orang Yunani yang “pagan” atau musyrik (penyembah bintang). Inilah yang membuat Ibn Taymiyyah dan Jalal al-Din al-Suyuthi menunjuk kemusyrikan orang-orang Yahudi sebagai alasan keberatan mereka kepada filsafat.

       Harus ditegaskan bahwa para filosof Muslim secara umum hidup dalam suasana dan lingkungan yang berbeda dengan filosof-filosof lain, dengan demikian pengaruh lingkungan – agama terhadap jalan pikiran filosof Muslim – tidak bisa terabaikan, sehingga dunia Islam berhasil membentuk filsafat yang sesuai dengan prinsip-prinsip agama dan keadaan masyarakat Islam itu sendiri. Perkembangan filsafat dalam Islam juga merupakan buah dari dorongan ajaran al-Qur’an dan hadis, sehingga nuansa berfilsafat para filosof Muslim sangat bermuatan religius, namun tetap tidak mengabaikan masalah kefilsafatan.

       Kedudukan akal yang tinggi dalam kedua sumber ajaran Islam tersebut bertemu dengan peranan akal yang besar dan ilmu pengetahuan yang berkembang maju dalam peradaban umat lain. Dengan demikian filsafat Islam dalam perkembangannya menjadi lebih mandiri dalam berfikir tentang sesuatu, ia dapat berkembang dengan subur, memiliki ciri khas dan tidak bertentangan dengan ajaran-ajara pokok Islam, walaupun secara umum disadari pula bahwa kebanyakan obyek pembahasannya sama, yaitu soal Tuhan, manusia makro dan mikro kosmos.
                                                   
BAB II
PEMBAHASAN

A. Aliran- Aliran Dalam Filasafat Islam

a.     Paripatetik

       Paripatetik disebut juga sebuah aliran rasionalisme murni, maksudnya setiap pemikiran yang dikembangkan masih terpengaruh filosof yunani seperti aristoteles dan plato. Abu Nasr al-Farabi adalah filosof pertama yang mengonsep filsafat Islam. Al-Farabi selama hidupnya berusaha untuk mengharmoniskan ide-ide Plato dan Aristoteles. Ia sebagaimana mayoritas pemikir muslim lainnya, salah menganggap buku Otologia tulisan Plotinus sebagai milik Aristoteles. Itulah mengapa tanpa disadarinya ia terpengaruh Neo Platonisme.
       Filosof Farabi termasuk penggagas filsafat Paripatetik yang pada akhirnya berhadap-hadapan dengan filsafat-irfani Suhrawardi. Ibnu Sina adalah salah satu filosof lain yang digabungkan pada aliran filsafat Paripatetik. Dengan kejeniusannya, ia menuangkan ide-idenya kedalam tulisan-tulisan filsafatnya.Dalam filsafat parepatetik disitu mengangkatkan tentang rekonsiliasi seperti yang diungkapkan oleh al-Farabi. Al-farabi berusaha merekonsiliasikan antara filsafat dan agama.
       Para filosof sangat meyakini Al-qur’an dan hadis adalah hak dan benar demikian juga filsafat adalah benar. Ia menegaskan keduanya itu tidak bertentangan. Begitu juga mengenai ketuhanan, penciptaan alam dan lainnya.Intinya filsafat perepatetik ini masih bersiafat rasionalisme murni yang masih terpengaruhi pikiran neoplatonisme ( Aristoteles dan Plato ).
       Ciri lain dari filsafat Parepatetik bisa dikenali dengan beberapa hal :
      
a.       Modus ekspresi atau penjelasannya para filosof Parepatetik bersifat sangat diskurtif, yaitu dengan menggunakan logika formal yang didasarkan pada penalaran akal. Prosedur penalaran yang mereka gunakan dalam istilah filsafat “silogisme” yaitu metode penarikan kesimpulan dari pengetahuan yang telah diketahui dengan baik.
b.      Filsafat Parepatetik bersifat diskurtif, maka filsafat yang mereka kembangkan bersifat tidak langsung. Dikatakan tidak secara langsung karena, untuk menangkap objeknya mereka menggunakan symbol, baik berupa kata-kata atau konsep maupun representasi. Modus pengetahuan seperti ini biasanya disebut dengan istilah hushuli (perolehan); yakni diperoleh secara tidak langsung tetapi melalui perantara.


 
  Gerbang kearifan, Alliran-Aliran Fisafat Dalam Islam (hal 26-42)

c.       Dari sudut metodologis adalah penekanan yang sangat kuat pada daya rasio sehingga kurang memprioritaskan pada pengenalan intuitif, yang sangat dikenal dengan dalam aliran lain, seperti (Isyraqi (Iluminasionis) maupun Irfani (gnostik). Sehingga mengakibatkan penekanan yang kuat terhadap daya-daya akliah, maka mereka dikatakan oleh aliran lain, yang tidak memperoleh pengetahuan otentik_yang biasanya diperoleh berdasarkan pengalaman mistik_tetapi lebih bergantung pada otoritas para pendahulu mereka. Tetapi bukan berarti mereka tidak mengakui adanya intuisi suci, bagi mereka nampaknya itu hanya dimiliki oleh para Nabi dan Wali. Karena itu filsafat Parepatetik lebih pantas sebagai wakil dari kaum rasionalis Islam.

       Ciri khas lain dari Parepatetik ini berkaitan dengan aspek ontologis. Ini bias dilihat misalnya, dalam ajaran mereka yang biasanya disebut hylomorfisme, yaitu ajaran yang mengatakan bahwa apapun yang ada di dunia ini terdiri atas dua unsure utamanya itu materi (hyle) dan bentuk (morphis).
      
       Di dunia Islam hamper semua  filosof Parepatetik, seperti al-Kindi, al-Farabi, Ibn Sina dan Ibn Rusyd, memiliki pandangan hylomorfis ini, dan mungkin karena itu maka para filosof Parepatetik, yang membedakan dari filsafat Islam lainnya yaitu Iluminasi

       Ciri terakhir dari Parepatetik Islam yang sedikit menyimpang dari Aristotelianisme murni adalah apa yang kemudian dikenal dengan ajaran atau emanasi.
      
       Ada perbedaan mengenai teori emanasi antara al-Farabi dan Ibn Sina.
       Menurut al-Farabi yang pertama tentunya Tuhan Yang Maha Esa (The True One). Al-Farabi menggambarkan Tuhan sebagai “akal” yang tugasnya adalah berfikir. Sebagai konsekuensi pemikiran-Nya ini munculah akal pertama, yang dari wujud dan sifatnya, sangat dekat dengan Tuhan.

       Menurut Ibn Sina (w.1037) Tuhan tentu saja adalah wajib al-wujud (Wujud Niscaya), yang dipahami bukan saja sebagai wujud yang niscaya ada, tetapi wujud yang senantiasa actual, sedangkan kata “mumkin” sebagai potensial. Maka munculah dari pemikiran akal-akal tersebut adalah  juga tiga macam. Dalam bagan teori emanasi Ibn Sina, misalnya, kita bias melihat tiga hal yang muncul dari akal pertama : (1) Akal pertama, (2) Jiwa (Malaikat) langit pertama dan (3) tubuh dari langit pertama dan seterusnya. Dengan pengecualian pada akal kesepuluh karena ia tidak dapat lagi melahirkan akal yang kesebelas, tetapi justru, dengan  cara memberikan bentuk materi, menimbulkan alam fisik yang fana’, yang dalam istilah Aristoteles disebut dengan Dunia Ganerasi (Kejadian/kaun) dan Korupsi (kehancuran/fasad), yaitu dunia kita kenal, dimana tempat munculnya batu-batuan, hewan dan kita (Manusia) atau yang kadang disebut Dunia Bawah Bulan.

b.    Illuminasi

Hikmat al-Isyrâq /Iluminasi mengungkapkan pemikiran teosofi Suhrawardî yang memuat konsep metafisikanya. Pada bagian ini, Suhrawardî menjelaskan konsep teosofi yang berpusat pada kajian cahaya (al-isyrâq)sebagai media simbolik. Suhrawardî mengelaborasi cahaya untuk mengungkapkan kesatuan pemikirannya baik pada tataran epistimologi, teologi, dan ontologi.

Pembahasan utama pada bagian ini meliputi hakikat cahaya, susunan wujud (being), aktivitas cahaya, cahaya dominan, pembagian barzâkh (alam kubur), persoalan alam akhirat, kenabian, dan nasib perjalanan manusia menuju purifikasi jiwa.

Dengan konsep al-Isyrâq-nya, Suhrawardî menyatakan bahwa seluruh alam semesta merupakan rentetan dari intensitas cahaya. Gradasi sinar dari sumber cahaya berakhir pada kegelapan. Semua kajian dalam bagian kedua membentuk bangunan teosofi berupa perpaduan antara filsafat dan tasawuf. Oleh karena itu, Suhrawardî dianggap sebagai pencetus dan pelopor konsep kesatuan iluminasi (wahdatal-‘isyrâq). Hal ini dikarenakan usaha Suhrawardî untuk mengoptimalkan proses iluminasi sebagai ilustrasi holistik dari kesatuan wujud (wahdatal-wujûd) yang dikembangkan Ibn ‘Arabî (Netton, 1994:258).

       Gagasan mengenai kesatuan iluminasi yang diajarkan oleh Suhrawardî merangsang munculnya sikap protes dan anti pati dari kalangan ahli fiqh (islamic jurisprudence). Karena dianggap sesat dan mendatangkan keresahan dalam masyarakat, para ahli fiqh itu kemudian mengadili Suhrawardî serta menjatuhkan hukuman mati (hukuman gantung) kepadanya. Meskipun dengan berat hati, Suhrawardî menerima keputusan itu demi mempertahankan pemikiran yang diyakininya sebagai kebenaran paling hakiki.

       Sebagai salah satu aliran filsafat Islam, filsafat Iluminasi tentu memiliki beberapa karakteristik yang membedakannya dengan aliran-aliran yang lainya. Ditinjau dari sudut metodologis, ontologism, dan kosmologis. Metode berfikir  dalam aliran Iluminasi berbeda dengan aliran Parepatetik, lebih menekankan  penalaran rasional sebagai metode berfikir dan pencarian kebenaran, filsafat Iluminasi mencoba memberikan tempat yang penting bagi metode intuitif sebagai pendamping bagi, atau malah dasar bagi penalaran rasional. Disini ada (dua) system pemikiran ysng solid dan holistik, dengan pengklasifikasian beberapa kelompok :
Pengalaman mendalam mistik → para Sufi → secara diskurtif dalam penyampaianya.

       Arti pengalaman mistik bagi pencarian kebenaran adalah bahwa melalui pengalaman tersebut seseorang (filosof/ sufi) dapat menyaksikan secara langsung kebenaran sejati (al-haqq), yang tidak bias diperoleh dengan cara yang sama melalui pendekatan apa pun, indra atau akal.

       Dengan demikian, aliran filsafat iluminasionis merupakan kritik yang cukup fundamental sekalipun tidak terlalu jelas-atas prinsip hylomorfisme, karena sementara bagi hylomorfisme bentuk-bentuk-benda bersifat kategorik, bagi kaum iluminasi itu bersifat relative.

       Ciri khas dari aliran filsafat iluminasionis bias dilihat dari ajaran kosmologis mereka, berupa teori emanasi, namun lebih ekstensif dari teori amanasi kaum pepatetik. Seperti halnya kaum parepatetik, Suhrawardi juga percaya bahwa alam semesta memancarkan dari Tuhan. Hanya saja dalam teori emanasi Suhrawardi, kita menjumpai bukan hanya istilah-istilah yang berbeda, tetapi juga struktur kosmik yang berbeda dalam jumlah maupun tatanannya. Tidak seperti yang dikatakan Ibn Sina bahwa Tuhan dengan Wajid al-Wujud (Wujud Niscaya/Senantiasa Aktual).

       Selain peredaan istilah, teori emanasi Iluminasionis juga berbeda dalam strukturnya. Kalau skema kosmik Aristoteles/Parepatetik, alam semesta dibagi kedalam dua bagian : langit dan dunia bawah bulan ( bumi), maka dalam skema kosmik iluminasionis, di atas langit tadi ditambahkan lagi satu wilayah dunia spiritual murni yang itu disebut Timur. Sedangkan langng bersifat bumi disebut Barat.

       Selain karateristik di atas, struktur emanasi Suhrawadi juga dibedakan dengan teori emanasi parepatetik. Suhrawardi membagi cahaya yang memancar dari Tuhan tersebut ke dalam dua jenis: (1) cahaya yang bersifat vertical yang memancar dari Tuhan secara vertical melalui serangkaian cahaya yang merentang dari cahaya pertama hingga dunia Barat Tengah.(2) cahaya yang bersifat horizontal yaitu dengan istilah al-Anwar al- Mudabbirah (cahaya-cahaya yang dominan) cahaya ini dalam kaitanya dengan benda-benda dibawahnya adalah sebagai daya-daya yang memiliki pengaruh besar terhadap segala mahkluk yang ada dibawah pengaruhnya. Ada malaikat daya yang menjaga tumbuh-tumbuhan, mineral, hewan dan lain-lainya.

       Terakhir selain berbeda daam istilah dan struktur kosmik, emanasi Suhrawardi juda berbeda dari emanasi parepatetik dari sudut jumlah, yakni jumlah akal-akal atau malaikat-malaiakat yang muncul dalam bagan teori emanasinya.

       Kalau teori emanasi parepatetik muslim, hanya memiliki 10 akal, maka bagan teori emanasi Suhrawardi memiliki jumlah akal yang tak terbatas, dengan alasan karena benda-benda angkasa termasuk planet-planet tidak terbatas pada sepuluh, tetapi ratusan bahkan sampai ribuan. Itulah yang menjadi letak perbedaannya.

       Inilah karakteristik yang berbeda antara teori emanasi iluminasionis, yang sekali merupakan kritik dan perbaikan atas teori emanasi yang sebelumya.




















PENUTUP


Kesimpulan

       Filsafat Paripatetik sebuah aliran filsafat yang dikembangkan oleh al-Farabi dan Ibnu Sina, yang mana pemikirannya masih terpengaruhi oleh filsafat yunani seperti Aristoteles dan Plato.

Filsafat Illminasi aliran filsafat yang dikemabangkan oleh Suhrawardi yang mempunyai pandangan Allah adalah cahaya segala cahaya ( Nur al-Anwar ) dari Allah lah terciptanya cahaya-cahaya lainnya karena akibat dari pancarannya.

 Kritik Dan Saran

       Dalam makalah ini masih banyak mememiliki kekurangan dan masih memerlukan tambahan dari pembaca, baik itu dari segi referensi ataupun tulisannya. Untuk itu kami mohon maaf apabila ada salah dalam penulisan dalam makalah kami ini. Kritik dan saran sangat membantu kami untuk dijadikan bahan koreksi diri.




























Daftar Pustaka

Aziz Dahlan, Abdul, Pemikiran Falsafi Dalam Islam penerbit Djambatan Th 2003, Jakarta.
Nasution,Hasyimsyah, Filsafat Islam Penerbit Gaya Media Pratama Th 1999, Jakarta
Gerbang kearifan, Aliran-Alliran Filsafat Dalam Islam

0 komentar:

Posting Komentar

Popular Posts

Recent Posts

Text Widget